Jumat, 18 Desember 2009

Faktor Terbesar yang Merusak Mental Anak adalah Orang Tua

Manusia terlahir didunia pertama kali di ibaratkan bagaikan kertas putih yang tidak terpengaruh dan ternoda, kertas tersebut dapat rusak dan kotor penuh noda karena beberapa faktor yaitu faktor Lingkungan, Keluarga, Pendidikan dan lainnya. Ternyata dari hasilpenelitian para ahli menyimpulkan bahwa Faktor bimbingan orang tua adalah faktor terbesar yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak!

Perkembangan kecerdasan dan mental seorang anak atau IQ/EQ sering dirusak para orangtua karena cara mengasuh, membimbing, serta membina anak pada “usia keemasan” (nol sampai enam tahun) dengan cara yang salah, yakni sekadar bicara bukan dengan sikap/teladan.

Pesan moral itu disampaikan Ria Enes bersama boneka Susan saat menghibur sekitar seribu anak dalam acara Kumpul Seribu Bocah yang digelar oleh Dinas Pendidikan Kaltim dalam rangkaian peringatan Hardiknas di Stadion Madya Sempaja.

“Menurut para ahli psikologi, usia menyerap anak pada ’usia keemasan’, yakni sampai enam tahun mencapai 70-80 persen anak pada usia ini dapat mengingat dan merekam daam memori meraka jutaan peristiwayang dialaminya dan pada waktu nilah anak efektif dibina dengan cara sikap atau teladan orangtua, bukan hanya sekadar perintah atau bicara, jadi ibu-ibu jangan merusak kecerdasan dan mental anak kita akibat kesalahan kita sendiri,” kata Ria Enes.

“Kalau kita perintahkan anak belajar, sementara orangtuanya nonton TV, pasti anak tetap ikut nonton TV. Kalaupun kita paksa anak belajar, kemungkinan besar anak akan menangis, yaSusan ya!” kata Ria menatap “Susan”, boneka lucu yang dipegang di tangan kanannya.

Sementara itu “Susan” mengiyakan apa yang dikatakan Ria. Bahkan, Susan juga mengatakan jika orangtua menyuruh belajar, maka orangtua juga harus memberi contoh belajar agar anak mau mengikutinya.

“Kalau ibu menyuruh saya belajar, ibu juga harus belajar, jadi kita sama-sama belajar,” kata Susan, sang boneka yang disambut tawa ibu-ibu dan bocah yang terlihat kagum melihat pertunjukan suara perut itu.

Ia menambahkan bahwa anak-anak butuh keteladanan dan contoh sikap tersebut bagi seorang anak akan tertanam kuat dalam benaknya sampai mereka dewasa nanti.

“Jika sejak kecil anak sudah terbiasa melihat orangtuanya berbuat apa saja, baik itu shalat dan mengaji, maka hal itu akan mereka ingat terus. Namun, apabila ayah dan ibunya sering berkelahi, maka kebiasaan orangtua akan terekam pula dan bisa terbawa menjadi sikap keras mereka saat dewasa,” kata Ria melalui sang bonekaSusan.

Ria yang juga menghibur lewat gaya mendongeng dan menyanyi menyampaikan cara mendidik anak agar tidak ada unsur paksaan dan kekerasan, baik kekerasan secara lisan, maupun kekerasan secara fisik.

Pasalnya, hal itu justru bisa memengaruhi pelambatan daya pikir, kreativitas, dan mental atau intelligent quatients dan emotional quotients (IQ/EQ) si anak.

Sementara itu, panitia Kumpul Seribu Bocah, Sutikno, yang juga salah seorang Kasi di Disdik Kaltim, mengatakan bahwa salah satu tujuan dilakukan acara tersebut adalah, selain memberikan penyegaran terhadap anak tentang hiburanyang dibawakan oleh Ria Enes, juga memberikan tambahan ilmu kepada orangtua yang mengantar anaknya.

“Cara mendongeng dan menyanyi lebih cepat mereka terima, baik bagi anak-anak, maupun para orangtua yang hadir pada acara ini. Dalam rangkaian peringatan Hardiknas ini kita ingin mengisinya dengan hal yang benar-benar bermanfaat bagi dunia pendidikan, yakni melalui pesan moral ini, bukan sekadar hura-hura,” imbuh dia.

Ia menjelaskan bahwa pendidikan di sekolah sifatnya hanya dukungan bagi perkembangan anak, tetapi mempersiapkan generasi muda, yang menjadi aset bangsa itu, berawal dari rumah atau kehidupan keluarganya.

“Ketika memasuki dunia sekolah di SD, usia keemasan anak itu sudah lewat karena masuk sekolah, batas usia sudah tujuh tahun,” papar dia.

Sebagai “orang pendidikan”, ia juga mengharapkan agar cara mendidik anak melalui dongeng sebelum tidur sebenarnya cara sangat tepat selain melalui sikap/teladan orangtua.

“Misalnya, kita akan menceritakan tokoh-tokoh yang bijaksana, berbudi, serta orang-orang jahat. Jadi, pesan moral yang kita sampaikan di dalam dongeng termasuk cara pendidikan yang tepat. Namun, dengan perkembangan sekarang, anak kita manjakan dengan menonton TV dan game,” kata dia.

Pihaknya berjanji bahwa, dalam peringatan Hardiknas di tahun-tahun yang akan datang, mereka terus mengisinya dengan berbagai acara yang benar-benar bermanfaat bagi dunia pendidikan, bukan sekadar acara seremonial dan hura-hura.

sumber Kompas.com

1 komentar:

  1. jika anak terus bersama dengan orangtua maka orangtua akan mempengaruhi si anak, entah itu dari skap dan perbuatan ataupun dari ucapan.

    tapi seiring dengan perkembangan otak dan moral, anak pasti akan belajar dan menganalisa mana yang baik dan mana yang buruk.
    jadi sekiranya orangtua juga tidak bisa di salahkan sepenuhnya karena belum tentu selama masa keemasan si anak bersama dengan orangtua.
    bisa saja dari pembantu ataupun teman sepermainannya.

    BalasHapus